
Menjadi pengajar di luar negeri bisa menjadi tantangan yang mengasyikkan bagi para lulusan perguruan tinggi di Indonesia.
Pengajar sejarah dan peneliti di Universitas Ludwig-Maximilians, Munchen, Jerman Katrina Gulliver merangkum beberapa hal penting yang perlu diperhatikan mereka yang berminat menggeluti dunia pendidikan tinggi di negara asing.
Berikut adalah bagian kedua tips Gulliver yang pernah mengajar di Eropa, Singapura dan Australia ini seperti dikutip dari Chronicles, Jumat (27/5/2011).
Fokus pada kriteria perekrutan
Iklan lowongan pekerjaan di Inggris atau Australia sering membeberkan kriteria calonnya. Jadi jangan bertele-tele dan langsunglah. Bahkan jika kamu memiliki keterampilan atau pengalaman yang diperlukan, jangan berharap departemen SDM akan mencari tahu CV kamu.
Dalam banyak kasus, departemen SDM menyeleksi surat lamaran, dan hanya yang memenuhi kriteria yang akan ditindaklanjuti. Dalam surat lamaran, buat daftar bagaimana kamu memenuhi seluruh kriteria.
Jangan remehkan hal-hal kecil
Di CV-mu, jangan cantumkan informasi pribadi seperti tanggal lahir atau status perkawinan. Cari di dunia maya, CV dari bidang yang kamu minati di suatu negara. Format yang mereka buat bisa menjadi petunjuk untuk CV-mu.
Dokumen dalam ukuran tepat
Ketika mengunggah dokumen, pastikan CV dan surat lamaran kamu diformat dengan ukuran kertas yang tepat. Tentunya kamu tidak ingin dokumen terpotong bila dicetak oleh tempat kamu melamar. Pastikan baris terakhir alamatmu merupakan negara. Jangan lupa sertakan kode panggilan internasional pada nomor telepon di CV-mu.
Pelajari dunia pendidikan internasional
Cari tahu lewat media, tentang isu terbaru mengenai pendidikan tinggi dari negara tujuan kamu. Ketika kamu membaca, perhatikan hal seperti skema penilaian (seperti Research Excellence Framework di Inggris) sehingga kamu memberikan pendapat tentang cara memberikan kontribusi bagi universitas.
Sesungguhnya, pengalaman bekerja di luar negeri dapat menjadi aset yang berguna dalam membangun karier. Kamu juga dapat mempelajari karakter siswa dari berbagai negara. Seorang dosen di Eropa menjelaskan perbedaan siswa Amerika dan Eropa. Di AS, pelajar belajar dengan cara mengajukan pertanyaan, sedangkan pelajar di Eropa tetap diam sampai mereka cukup percaya diri dan menguasai materi untuk bertanya.
Akademisi memiliki lebih banyak kesempatan untuk bekerja di luar negeri dibandingkan profesi lainnya. Tidak seperti praktisi di dunia medis atau hukum, yang membutuhkan sertifikasi ulang untuk bekerja di tempat berbeda.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Selamat berkomentar !