Theodore Roosevelt Meninggal
92 tahun yang lalu, tanggal 6 Januari 1919, Theodore Roosevelt, Presiden Amerika Serikat ke-26, meninggal dunia pada usia ke-60 tahun akibat penyakit tropikal. Theodore Roosevelt mulai aktif dalam kancah politik sejak tahun 1880-an dengan memperoleh beberapa pos politik di New York. Roosevelt sejak awal karir politiknya dikenal sebagai pribadi yang gemar perang. Pada tahun 1898, sebagai asisten sekretaris angkatan Laut AS, dia memprovokasi perang terhadap Spanyol. Ketika Perang AS-Spanyol dimulai, Roosevelt membentuk kavaleri sukarela "Rough Riders" yang berperan besar dalam kemenangan AS di pertempuran di Kuba.
Kesuksesan Roosevelt dalam militer membuatnya terpilih sebagai Gubernur New York tahun 1898 dan menjadi Wapres tahun 1900. Setahun kemudian Presiden McKinley terbunuh dan Roosevelt menggantikan posisinya. Roosevelt juga merupakan pendukung utama masuknya AS ke kancah Perang Dunia I. Namun demikian, di sela-sela kegemarannya terhadap perang, Roosevelt malah dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian tahun 1906 atas upayanya sebagai negosiator dalam menghentikan Perang Rusia-Jepang.
Ali Isfandiari Meninggal Dunia
51 tahun yang lalu, tanggal 6 Januari 1960, Ali Isfandiari yang dikenal dengan julukan Nima Yushej, seorang penyair besar Iran, meninggal dunia. Nima Yushej lahir di sebuah desa bernama Yush di Provinsi Mazandaran, Iran Utara. Setelah melalui masa kanak-kanak di desa kelahirannya, ia pergi ke Teheran untuk meneruskan pendidikan. Nima Yushej kemudian mulai menyusun syair. Syair-syair Nima Yushej umumnya berisi masalah-masalah dalam masyarakat dengan bahasa yang sederhana dan penuh empati, serta dengan pola yang keluar dari pakem syair klasik. Oleh karena itulah Nima Yushej dianggap sebagai pembangun aliran "syair baru" dalam khazanah kesusasteraan Persia.
Demonstrasi Mendukung Imam Khomeini
34 tahun yang lalu, tanggal 6 Januari 1977, demonstrasi besar dilakukan warga berbagai kota di Iran menyusul dimuatnya sebuah artikel yang menghina Imam Khomeini di koran Etela'at terbitan hari itu. Rezim Shah Pahlevi yang berkuasa di Iran saat itu memuat artikel tersebut dengan tujuan untuk mengurangi kecintaan rakyat terhadap Imam Khomeini. Ternyata sebaliknya, rakyat Iran malah sangat marah dan melangsungkan demonstrasi besar-besaran. Setahun kemudian, revolusi Islam yang dipimpim oleh Imam Khomeini meraih kemenangan dan Shah Pahlevi pun terguling dari kekuasaannya.
Indira Gandhi Kembali Terpilih Sebagai PM
31 tahun yang lalu, tanggal 6 Januari 1980, Indira Gandhi meraih suara mayoritas rakyatnya dan kembali menjadi Perdana Menteri India. Indira terpilih menjadi Perdana Menteri India pada tahun 1966 menggantikan PM saat itu, Lal Bahadur Shastri, yang meninggal mendadak. Pada tahun 1971, Indira menang dalam pemilu nasional dan kembali menjadi PM. Namun, pada tahun 1975, ia dijatuhi hukuman karena terbukti melakukan kecurangan dalam pemilu 1971 tersebut. Indira menolak hukuman itu dan menyatakan diri tidak bersalah.
Ia kemudian memberlakukan situasi darurat di India. Selama periode ini, Indira melakukan kontrol ketat terhadap berbagai aspek kehidupan di India dan memenjarakan banyak oposannya. Pada tahun 1977, Indira menyelenggarakan pemilu untuk meredam kritik bahwa dirinya telah menginjak-injak demokrasi di India. Namun, kali ini Indira Gandhi kalah dan tersingkir dari kursi Perdana Menteri. Pada pemilu 1980, Indira Gandhi kembali terpilih sebagai PM namun pada tanggal 31 Oktober 1984, akibat kebijakan represifnya terhadap kelompok Sikh, Indira ditembak oleh pengawalnya sendiri yang berdarah Sikh.
Perang Shiffin Meletus
1395 tahun yang lalu, tanggal 1 Shafar tahun 37 Hijriah, Perang Shiffin meletus. Perang ini terjadi antara pasukan Imam Ali a.s. melawan pasukan Muawiyah bin Abi Sufyan. Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, rakyat Madinah membaiat Imam Ali a.s. dan mengangkat beliau sebagai khalifah. Namun, Muawiyah, seorang Gubernur di Damaskus, menolak menerima kepemimpinan Imam Ali dan melakukan perlawanan bersenjata. Awalnya, Imam Ali berusaha melakukan perundingan demi mencegah pertumpahan darah di antara sesama muslim. Namun, Muawiyah tetap membangkang dan pecahlah perang di sebuah daerah bernama Shiffin di tepi sungai Furat, Irak.
Ketika pasukan Imam Ali hampir mencapai kemenangan, penasehat Muawiyah bernama Amr bin Ash memerintahkan pasukannya agar menancapkan Al-Quran di tombak mereka dan menyerukan gencatan senjata atas nama Al-Quran. Imam Ali yang memahami tipuan ini memerintahkan pasukannya agar terus bertempur, namun sebagian kelompok menolak. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai kelompok Khawarij. Atas desakan kelompok Khawarij pula, perang dihentikan dan diadakan perundingan antara kedua pihak. Dalam perundingan ini, delegasi Muawiyah melakukan tipuan. Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali dan jatuh ke tangan Muawiyah.
Kafilah Karbala Tiba di Damaskus
sumber: http://indonesian.irib.ir
0 komentar:
Posting Komentar
Selamat berkomentar !