
Maka banyaknya mahasiswa yang mendapat Bidik Misi tetapi ternyata mampu membayar biaya kuliah, kata Ganjar, tanggung jawabnya ada di sekolah.
“Kita hanya terima data siswa yang memenuhi persyaratan Bidik Misi dari sekolah,” kata Ganjar, di Bandung, Jawa Barat, belum lama ini.
Namun Ganjar tidak mempublikasikan sekolah mana saja yang mengajukan data fiktif, yang jelas banyak. Nyatanya, peraih Bidik Misi Unpad 2011 banyak dari kalangan mampu, bahkan kaya. Ini terungkap setelah Unpad melakukan penyelidikan terhadap kondisi rumah dan ekonomi mahasiswa peraih Bidik Misi. Artinya, Bidik Misi yang seharusnya diterima mahasiswa tak mampu menjadi tidak tepat sasaran.
Lalu bagaimana dengan sekolah yang melakukan kebohongan data?
Ganjar mengaku, tim verifikasi Unpad telah mengecek ke sekolah-sekolah yang mengajukan siswanya untuk menerima Bidik Misi. Berdasarkan pengakuan sekolah, ada siswa angkatan 2009 yang diajukan mendapat Bidik Misi 2010 atau 2011. Bahkan ada kepala sekolah yang datang langsung ke Unpad untuk bersujud dan memohon maaf.
“Sekolah yang melakukan kesalahan itu mungkin ke depan di-blacklist, tapi yang kasihan kan anak-anaknya,” ungkap Ganjar. “Pihak orang tua yang mampu juga ada yang beralasan diajukan sekolah. Meski saya tidak tahu apakah dia pura-pura miskin, karena meski kaya kan sayang juga kalau mengeluarkan biaya,” tambahnya.
Sebagai catatan, Bidik Misi merupakan program beasiswa negara yang diberikan perangkatan kuliah. Pemerintah mentargetkan sebanyak 20 ribu mahasiswa tidak mampu pertahunnya mendapat Bidik Misi. Unpad sendiri sudah menggelar Bidik Misi sejak 2010.
Tahun lalu ada 15 mahaiswa yang ternyata melakukan kebohongan data. Tahun ini setelah dilakukan verifikasi, mulai banyak mahasiswa penerima Bidik Misi yang mau membayar kuliah sendiri. Dari 474 mahasiswa, sebanyak 150 di antaranya sedang pikir-pikir apakah dia miskin atau kaya.
Selanjutnya, data verifikasi Unpad akan diajukan atau direkomendasikan kepada Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) dan kampus-kampus lain supaya hati-hati dalam menerima mahasiswa Bidik Misi. Sehingga Bidik Misi berikutnya bisa tepat sasaran. Pasalnya, tidak menutup kemungkinan data fiktif penerima Bidik Misi ada juga di kampus lain. “Sayang sekali kan Bidik Misi tidak tepat sasaran,” tukasnya.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Selamat berkomentar !