Studi yang diterbitkan online di jurnal Climatic Change mendebat anggapan kebocoran metan selama produksi gas serpih jauh lebih berbahaya bagi lingkungan dibanding pembakaran batu bara.
Amerika Serikat (AS) sangat kaya deposit gas dan beberapa analis menjuluki negara itu sebagai Arab Saudi gas alam. Badan Informasi Energi AS menemukan, produksi gas serpih akan menambah setengah dari keseluruhan produksi gas alam AS untuk 25 tahun mendatang.
Ulasan online Massachusetts Institute of Technology mencatat, gas alam membakar setengah karbon dioksida saat masih berupa batu bara. Selama ekstraksi, metan dilepaskan dan hal ini jauh lebih merusak lingkungan dibanding CO2.
Pendukung industri energi Energy in Depth mendebat studi Cornell. Pendukung mengklaim Cornell tak memiliki cukup data atas studinya. Meski begitu, ilmuwan Cornell menyalahkan industri energi atas ketidakpekaan mereka.
Progesor energi Mark Jaccard dari Simon Fraser University mengaku, temuan Cornell tak mengejutkan dan harus diperlakukan sebagai peringatan bagi raksasa industri yang ingin mengeksploitasi gas serpih.
"Gas serpih harus diproduksi dengan cara yang bisa menghasilkan sedikit emisi," tutupnya.sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Selamat berkomentar !